Ikebana dan teknik merangkai bunga
Siapa yang tak kenal Ikebana teknik merangkai bunga dari jepang, tak hanya bunga kering yang bisa di rangkai, selain bunga keringteknik ikebana juga merangkai bunga segar.
Banyak florist bunga menyediakan bahan untuk ikebana, dan
florist bunga biasanya mengerti kebutuhan akan ikebana.
Jadi misalnya mau mencari bunga jakarta untuk merangkai ikebana, sebaiknyaberkonsultasi dulu dengan yang lebih ahli, karena tidak semua bunga jakarta bisa di rangkai, karena karakteristik bunga yang berbeda beda.
Selain bunga segar menggunakan bunga kering pun menjadi pilihan, selain lebih awet florist decoration untuk bunga kering biasanya lebih flesibel, karena tidak perlu mempertahankan kehidupan bunga.
Florist decoration yang baik mampu membuat rangkaian bunga yang dihasilkan mejadi indah.
Banyak florist jakarta yang menyediakan jasa ikebana, namun jika anda tidak ingin menggunakan jasa florist jakarta anda bisa belajar otodidak maupun belajar di sekolah ikebana.
Yuk simak asal usul Ikebana
Asal-usul Ikebana adalah tradisi mempersembahkan bunga segar di kuil Buddha di Jepang. Ikebana berkembang bersamaan dengan perkembangan agama Buddha di Jepang di abad ke-6.
Ketakjuban manusia terhadap tumbuhan yang dianggap mempunyai kekuatan aneh juga berkaitan dengan pemujaan tanaman yang selalu berdaun hijau sepanjang tahun (evergreen). Manusia zaman dulu yang tinggal di negeri empat musim percaya bahwa kekuatan misterius para dewa menyebabkan tanaman selalu berdaun hijau sepanjang tahun dan tidak merontokkan daunnya di musim dingin.
Sejarah seni merangkai bunga
Menurut literatur klasik seperti Makura no sōshi yang bercerita tentang adat istiadat Jepang, tradisi mengagumi bunga dengan cara memotong tangkai dari sekuntum bunga sudah dimulai sejak zaman Heian. Pada mulanya, bunga diletakkan di dalam wadah yang sudah ada sebelumnya dan kemudian baru dibuatkan wadah khusus untuk vas bunga.
Ikebana dalam bentuk seperti sekarang ini baru dimulai para biksu di kuil Chōhōji Kyoto pada pertengahan zaman Muromachi. Para biksu kuil Chōhōji secara turun temurun tinggal di kamar (bō) di pinggir kolam (ike), sehingga aliran baru Ikebana yang dimulainya disebut aliran Ikenobō.
Di pertengahan zaman Edo, berbagai kepala aliran (Iemoto) dan guru besar kepala (Sōke) menciptakan seni merangkai bunga gaya Tachibana atau Rikka yang menjadi mapan pada masa itu.
Di pertengahan zaman Edo hingga akhir zaman Edo , Ikebana yang dulunya hanya bisa dinikmati kalangan bangsawan atau kaum samurai secara berangsur-angsur mulai disenangi rakyat kecil. Pada zaman itu, Ikebana gaya Shōka (seika) menjadi populer di kalangan rakyat.
Aliran Mishōryū, aliran Koryū, aliran Enshūryū dan aliran Senkeiryū melahirkan banyak guru besar dan ahli Ikebana yang memiliki teknik tingkat tinggi yang kemudian memisahkan diri membentuk banyak aliran yang lain.
Ikebana mulai diperkenalkan ke Eropa pada akhir zaman Edo hingga masa awal era Meiji ketika minat orang Eropa terhadap kebudayaan Jepang sedang mencapai puncaknya. Ikebana dianggap mempengaruhi seni merangkai bunga Eropa yang mencontoh Ikebana dalam line arrangement.
Sejak zaman Edo lahir banyak sekali aliran yang merupakan pecahan dari aliran Ikenobō. Pada bulan Maret 2005 tercatat 392 aliran Ikebana yang masuk ke dalam daftar Asosiasi Seni Ikebana Jepang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar